Cari Blog Ini

Sabtu, 12 Mei 2012

Kolesterol


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pemeriksaan Kolesterol
              Jika kadar kolesterol dalam darah terlalu tinggi, maka akan mengendap membentuk Kristal. Endapan kolesterol dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah (arteriosclerosis) karena dindingnya menjadi tebal. Akibatnya, elestisitas pembuluh darah menjadi berkurang, sehingga aliran darah terganggu (Murray, 2003).
              Kolesterol dan ergosterol merupakan prekursor vitamin D. Di dalam mukosa usus halus kolesterol diubah menjadi 7-dehidrokolesterol, provitamin kolekalsiferol (vitamin D3) dan disimpan di lapisan lemak bawah kulit. Perubahan menjadi aktif terjadi bila kulit terkena ultra violet dari matahari (Murray, 2003).
              Tidak banyak yang mengetahui bahwa hiperkolesterol merupakan faktor risiko penyebab kematian di usia muda. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2002, tercatat sebanyak 4,4 juta kematian akibat hiperkolesterol atau sebesar 7,9% dari jumlah total kematian di usia muda (Murray, 2003).
              Hormon kolesterol dapat membahayakan tubuh. Kolesterol bila terdapat dalam jumlah terlalu banyak dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan aterosklerosis. Bila penyempitan terjadi pada pembuluih darah jantung dapat menyebabkan penyakit jantung koroner dan bila pada pembuluh otak menyebabkan penyakit serebrovaskular (Almatsier, 2009).
              Dalam mengatur makan, hindari makanan yang mengandung kolesterol yaitu minyak dan lemak hewan, antara lain daging sapi/kambing/babi, kulit ayam, jerohan, otak, hati ayam, cumi, udang, kerang, kepiting, kuning telur. Kolesterol bebeda dengan TGA. Sumber TGA antara lain gorengan, santan, asam lemak trans, margarine, butter (Schlenker, E. D. dan Long, S., 2007).
              Berikut ini beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk mengendalikan kolesterol Anda (Schlenker, 2007) :
1.    Diet
Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kolesterol. Misalnya dengan mengkonsumsi susu tanpa lemak dan mengurangi konsumsi daging. Pilihlah makanan dengan kandungan lemak tak jenuh daripada kandungan lemak jenuh. Minyak yang digunakan untuk menggoreng secara berulang-ulang dapat meningkatkan kadar kolesterol, maka ada baiknya Anda mengurangi konsumsi makanan yang digoreng.
2.    Konsumsi makanan berserat.
Lebih banyak mengkonsumsi makanan berserat seperti gandum, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Jenis makanan ini dapat menyerap kolesterol yang ada dalam darah dan mengeluarkannya dari tubuh.
3.    Konsumsi antioksidan
Antioksidan banyak terdapat dalam buah-buahan seperti jeruk, strawbery, pepaya, wortel, atau labu. Mengkonsumsi bawang putih secara teratur juga dapat menurunkan kadar kolesterol.
4.    Hindari alkohol dan merokok
Dengan merokok atau mengkonsumsi alkohol, kolesterol akan mudah menumpuk dalam aliran darah.
5.    Olahraga
Berolahraga secara teratur sesuai dengan umur dan kemampuan. Jaga agar berat tubuh Anda tetap ideal.
       Kolesterol adalah sterol yang paling dikenal oleh masyarakat. Klesterol dalam tubuh mempunyai fungsi ganda, yaitu di satu sisi diperlukan, di sisi lain dapat membahayakan bergsntung berapa banyak terdapat di dalam tubuh dan di bagian mana. Kolesterol di dalam tubuh terutama di peroleh dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein atau lemak. Jumlah yang disintesis bergantung pada kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan (Almatsier, 2009).
       Kolesterol dan ergosterol merupakan prekursor vitamin D. Di dalam mukosa usus halus kolesterol di ubah menjadi 7-dehidrokolesterol, provitamin kolekalsiferol (vitamin D3) dan disimpan dilapisan lemak bawah kulit. Perubahan menjadi bentuk aktif terjadi bila kulit terkena sinar ultraviolet dari matahari (Almatsier, 2009).
       Kolesterol dalam tubuh diproduksi dalam jumlah yang diperlukan. Hiperkolesterolemia terjadi jika kadar kolesterol melebihi batas normal, dan hal ini dapat menyebabkan aterosklerosis, yaitu penyumbatan pembuluh darah arteri akibat penumpukan di dinding arteri. Jika aterosklerosis ini terjadi di pembuluh darah arteri yang memasok oksigen ke jantung, maka hal ini dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, dan jika pada pembuluh darah yang ke otak akan menyebabkan stroke. Hiperkolesterolemia ini dapat juga terjadi karena beberapa faktor lain, seperti bobot badan, usia, kurang olahraga, stress emosional, gangguan metabolisme, kelainan genetik dan pola makan yang tinggi kadar kolesterol dan lemak jenuh (Kurniawati dkk, 2006).
       Menurut Grundy (1991) dalam skripsi Kurniawati (2006) menyatakan bahwa mengkonsumsi makanan yang kaya kolesterol dan asam lemak jenuh dapat menekan pembentukan reseptor Low Density Lipoprotein (LDL), sehingga meningkatkan jumlah kolesterol yang beredar di dalam darah. Karena lovastatin dapat digunakan sebagai obat untuk pasien yang menderita resiko tinggi serangan jantung sebagai akibat dari hiperkolesterolemia, sedangkan lovastatin yang beredar di pasaran merupakan produk import maka perlu dicari alternatif untuk memproduksi sendiri lovastatin dari kapang jenis M. purpureus lokal. Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Kasim et al., (2005), yang meneliti 19 isolat lokal M. purpureus sebagai penghasil lovastatin, maka isolat JmbA merupakan isolat penghasil lovastatin tertinggi yakni mencapai 0,92%. Oleh\ karena itu perlu diuji kemampuannya untuk menurunkan kadar kolesterol darah (Kurniawati dkk, 2006).
       Menurut Kim et al., (1999) pada penelitian Murtini (2005) menyatakan bahwa kitosan hidrolisat mempunyai binding capasity 800% terhadap kolesterol. Kitosan juga dikenal sebagai Fat Magnet yang artinya dalam dunia perdagangan dapat dipergunakan untuk diet penurunan berat badan. Kitosan juga dapat menurunkan kolesterol dalam test dengan hewan. Kitosan mempunyai kemampuan yang unik untuk mengikat lemak. Serat kitosan yang telah mengikat lemak menjadi masa yang besar yang mana bodi tidak dapat menyerap dan akirnya dibuang. Kitosan mempunyai kemampuan menangkap dan melarutkan lemak dan kolesterol dalam lambung sehingga dapat mengurangi tingkat kolesterol dan membantu menurunkan berat badan. Kitosan ini merupakan derivat dari kitin suatu polisakarida dari kulit kepiting/rajungan, udang maupun lobster.
       Untuk menghasilkan kitosan dengan cara menghidrolisis senyawa kitin dengan menggunakan NaOH pekat untuk memutus ikatan N-acetyl. Kitosan ini larut asam asetat 1% tetapi tidak larut dalam air. Kebanyakan yang digunakan dalam farmasi adalah derivat kitosan yang dapat larut dalam air yang berarti kondisi pHnya netral. Senyawa derivat kitosan yang dapat larut air disebut Karbosil metil kitosan (KMK) tidak beracun dan bersifat biodegradable serta biocompatible.Seperti diketahui banyak produk aplikasi kitosan yang menuntut kitosan larut dalam air seperti produkproduk kosmetik, makanan maupun farmasi (Murtini, 2005).

II.2 Pemeriksaan High Density Lipoprotein (HDL)
       Kolesterol merupakan senyawa lipida netral yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia terutama yang menderita penyakit jantung. Kolesterol ini memang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tetapi kalau berlebihan kolesterol ini merupakan senyawa yang harus dihindari. Kelebihan kandungan kolesterol pada manusia berasal dari makanan yang masuk ke tubuh manusia. Kandungan kolesterol banyak terdapat terutama pada daging hewan, telur dan produk perikanan khususnya cumicumi serta udang. Kolesterol ini mempunyai dua sifat baik dan buruk terhadap kesehatan manusia. Yang mempunyai pengaruh jelek pada kesehatan manusia adalah Low Density Lipoprotein (LDL), sedangkan yang baik adalah High Density Lipoprotein (HDL) (Murtini, 2005).
       HDL disebut sebagai lemak yang "baik" karena dalam operasinya ia membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama yang membentuk HDL adalah Apo-A (apolipoprotein). HDL ini mempunyai kandungan lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih berat (Pangan dan Kesehatan, 2009).
            HDL ("Kolesterol Baik”)
Kurang dari 40
Rendah
Lebih dari 60
Tinggi
Total cholesterol (TC)
Kurang dari 200
Yang diperlukan
200-239
Batas normal tertinggi
Lebih dari 240
Tinggi
                  
                          Bila sel-sel lemak membebaskan gliserol dan asam lemak, kemungkinan kolesterol dan fosfolipida akan dikembalikan pula kedalam aliran darah. Hati dan usus halus akan memproduksi HDL (lipoprotein dengan densitas tinggi) yang masuk kedalam aliran darah. HDL mengambil kolesterol dan fosfolipida yang ada di dalam aliran darah. HDL menyerahkan kolesterol ke dalam lipoprotein untuk diangkut kembali ke hati guna diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh. Nilai LDL dan HDL mempunyai implikasi terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah. Nilai LDL yang tinggi dikaitkan dengan resiko tinggi terhadap serangan jantung. Sebaliknya HDL tinggi dikaitkan dengan resiko rendah. Oleh sebab itu, LDL dikatakan juga sebagai “kolesterol jahat”, sedangkan HDL “kolesterol baik” (Almatsier, 2009).
                     HDL disintesis dan disekresikan dari hati dan usus. Namun apo C dan apo E disintesis di hati dan dipindahkan dari HDL hati ke HDL usus ketika HDL usus ini memasuki plasma. Fungsi utama HDL adalah sebagai tempat penyimpanan apo C dan apo E yang dibithkan dalam metabolisme kilomikron dan VLDL. HDL nascent terdiri dari lapis-ganda fosfolipid diskoid yang mengandung apo A dan kolesterol bebas. Lipoprotein ini serupa dengan partikel yang ditemukan di dalam plasma pasien dengan defisiensi enzim plasma lesitin;kolesterol asiltransferase (LCAT) dan didalam plasma pasien ikterus obstruktif (Murray, 2009).
                     Kadar HDL bervariasi secara timbal balik dengan kadar triasilgliserol plasma dan secara langsung dengan aktivitas lipoprotein lipase. Hal ini mungkin disebabkan oleh konstituen permukaan surplus, misalnya fosfolipid dan apo A-1 yang dibebaskan sewaktu hidrolisis kilomikron dan VLDL serta ikut membentuk praβ-HDL dan HDL diskoid. Kadar HDL berbanding terbalik dengan insidens ateroklerosis koroner, mungkin karena HDL mencerminkan efisiensi transpor kolesterol terbalik. HDL ditemaukan dalam darah hewan yang hiperkolesterolemik akibat makanan. HDL ini kaya akan kolesterol, dan apolipoprotein satu-satunya adalah apo E. Tampaknya, semua lipoprotein plasma adalah komponen yang saling berkaitan dari satu atau lebih siklus metabolik yang bersama-sama bertanggung jawab dalam proses kompleks pengangkutan plasma (Murray, 2009).

II.3 Pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT)
              AST adalah enzim hati, yang juga dikenal sebagai SGOT. Tingkat enzim inilah yang diukur pada tes fungsi hati, yang menunjukkan tingkat kerusakan pasa hati (Sirajuddin, 2009).
              AST (SGOT) normalnya ditemukan dalam suatu keanekaragaman dari jaringan termasuk hati, jantung, otot, ginjal, dan otak. Ia dilepaskan kedalam serum ketika satu saja dari jaringan-jaringan ini rusak. Contohnya, tingkatnya didalam serum naik dengan serangan-serangan jantung dan dengan kelainan-kelainan otot. Ia oleh karenanya bukan suatu indikator yang sangat spesifik dari luka hati (Sirajuddin, 2009).
              AST adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam jantung, ginjal dan otak. Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit hati. Dalam beberapa kasus peradangan hati, peningkatan ALT dan AST akan serupa. Akalin fosfatase meningkat pada berbagai jenis penyakit hati, tetapi peningkatan ini juga dapat terjadi berhubungan dengan penyakit tidak terkait dengan hati. Alkalin fosfatase sebetulnya adalah suatu kumpulan enzim yang serupa, yang dibuat dalam saluran cairan empedu dan selaput dalam hati, tetapi juga ditemukan dalam banyak jaringan lain. Peningkatan alkalin fosfatase dapat terjadi bila saluran cairan empedu dihambat karena alasan apa pun. Di antara yang lain, peningkatan pada alkalin fosfatase dapat terjadi terkait dengan sirosis dan kanker hati (Murray dkk, 2003).
              Gangguan hati sendiri bentuknya berjenis-jenis, dengan jumlah penderita tak sedikit. Jumlah pengidap hepatitis C saja sekitar 3% dari populasi. Belum lagi hepatitis A dan B yang jumlahnya jauh lebih banyak. Apalagi jika ditambah dengan perlemakan hati, sirosis, intoksikasi obat, fibrosis hati, dan penyakit lain yang nama-nya jarang kita dengar. Penyakit-penyakit tadi umumnya ditandai dengan peningkatan angka SGOT-SGPT. Namun, kedua enzim itu tidak 100% dihasilkan oleh liver. Sebagian kecil juga diproduksi oleh sel otot, jantung, pankreas, dan ginjal. Itu sebabnya, jika sel-sel otot mengalami kerusakan, kadar kedua enzim ini pun meningkat (Murray dkk, 2003).
              Rusaknya sel-sel otot bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya aktivitas fisik yang berat, luka, trauma, atau bahkan kerokan. Ketika kita mendapat injeksi intra muskular (suntik lewat jaringan otot), sel-sel otot pun bisa mengalami sedikit kerusakan dan meningkatkan kadar enzim transaminase ini. Pendek kata, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan kenaikan SGOT-SGPT. Dibandingkan dengan SGOT, SGPT lebih spesifik menunjukkan ketidakberesan sel hati, karena SGPT hanya sedikit saja diproduksi oleh sel nonliver. Biasanya, faktor nonliver tidak menaikkan SGOT-SGPT secara drastis. Umumnya, tidak sampai 100% di atas BAN (Murray dkk, 2003).
              Enzim AST adalah enzim intraseluler yang bekerja sebagai katalisator dalam proses pemindahan gugus amino, yang melibatkan asam aspartat dan asam ketoglutarat. asam l-aspartat + asam ketoglutarat <=> asam oksaloasetat + asam glutamate. Kadar yang tinggi dari enzim AST dapat kita jumpai pada berbagai organ seperti sel otot jantung, hati, otot rangka, ginjal, pankreas, sel darah merah, otak dan jaringan lainnya. Peningkatan kadar AST serum dapat terlihat pada berbagai keadaan dimana terjadi nekrosis dari sel hati, sel jantung, sel darah merah, atau sel otot rangka (Corwin, 2000).
               Uji Faal Hati atau fungsi Hati, biasanya diidentikkan dengan pemeriksaan Aspartate Aminotransferase (AST) yang di Indonesia sering disebut SGOT. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah AST seseorang meningkat atau tidak. AST itu sendiri adalah salah satu enzim di hati. Tapi bisa juga keluar dari sel otot, sel darah merah atau dari lokasi lainnya. Namun dari penelitian, level AST akan meningkat 10 sampai 20 kali dari batasan normal pada penyakit hepatitis (radang hati) atau hepatotoxicity (keracunan hati). Peningkatan ini, terjadi secara cepat (akut) yakni 1 - 2 hari setelah virus atau toksin masuk. Dan akan normal kembali pada hari ke-3 sampai hari ke-6 itupun jika kita berhasil mengatasi virus atau toksinnya. Contoh penyakit hati yang akut adalah Hepatitis A dan Hepatitis B (Corwin, 2000).
              Perlu diingat bila peningkatan AST hanya 3 atau 10 kali lipat dari nilai normal, tetaplah waspada. Apakah terjadi penyakit hati yang kronik, itu harus diperiksa lebih lanjut. Contoh penyakit hati yang kronik adalah Hepatitis C, Sirosis Hepatis (Gagal Hati), Kanker Hati, atau gara-gara minum alkohol atau keracunan obat. Uji Faal Hati lain yang sering diperiksa adalah Alanine Aminotransferase (ALT) yang di Indonesia sering disebut SGPT. Enzim ini lebih spesifik dibandingkan AST. Enzim ini dikeluarkan di hati, ginjal dan otot. Enzim ini perlu juga diperiksa sebagai konfirmasi dari pemeriksaan AST. Bila ALT dan AST meningkat keduanya berarti memang sel hatilah yang rusak. Hal ini ditunjukkan dengan adanya rasio AST/ALT, di mana bila nilainya kurang dari atau sama dengan 1, maka kemungkinan penyakitnya adalah akut. Namun bila nilainya lebih dari 1, kemungkinan penyakitnya adalah kronis (Corwin, 2000).

II.4 Pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT)
              Tingkat-tingkat AST dan ALT yang paling tinggi ditemukan dengan kelainan-kelainan yang menyebabkan kematian yang banyak dari sel-sel hati (nekrosis hati yang ekstensif). Ini terjadi pada kondisi-kondisi seperti virus hapatitis A atau B kronis , kerusakan hati yang jelas yang ditimbulkan oleh racun-racun seperti dari suatu overdosis (kelebihan dosis) dari acetaminophen (nama merk Tylenol), dan runtuhnya sistim peredaran yang lama (shock) ketika hati dirampas/dicabut dari darah segar yang membawa oksigen dan nutrisi-nutrisi. Tingkat-tingkat serum AST dan ALT pada situasi-situasi ini dapat mencakup dimana saja dari sepuluh kali batasan-batasan normal atas sampai ke ribuan unit/liter (Linder, 2006).
              Kenaikan enzim-enzim hati dari ringan sampai sedang adalah hal yang biasa. Mereka seringkali secara tak terduga ditemukan pada tes-tes screening darah rutin pada individu-individu yang jika tidak adalah sehat. Tingkat-tingkat AST dan ALT pada kasus-kasus semacam ini biasanya ada diantara dua kali batas-batas normal atas dan beberapa ratus unit/liter. Penyebab yang paling umum dari kenaikan-kenaikan yang ringan sampai sedang dari enzim-enzim hati ini adalah fatty liver (hati berlemak). Di Amerika, penyebab hati berlemak yang paling sering adalah penyalahgunaan alkohol. Penyebab-penyebab lain dari fatty liver termasuk diabetes mellitus dan kegemukan (obesity). Hepatitis C kronis juga sedang menjadi suatu penyebab yang penting dari kenaikan-kenaikan enzim hati yang ringan sampai sedang (Linder, 2006).
              Faal hati yang terjadi pada infeksi bakterial maupun virus yang sistemik yang bukan virus hepatitis. Penderita semacam ini, biasanya ditandai dengan demam tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Disini faal hati terlihat akan terjadinya peningkatan SGOT, SGPT serta ∂-GT antara 3-5X nilai normal. Tes faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis.. SGOT, SGPT meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal, kecuali pada hepatitis kolestatik dapat lebih tinggi (Murray dkk, 2003).
              Adapun kadar enzim plasma non-fungsional meliputi (Murray dkk, 2003):
1.    Aspartate aminotransferase (AST;SGOT) 0-41 IU/L 
2.    Alanine aminotransferase (ALT;SGPT) 0-45 IU/L 
3.    Fosfatase asam  1-5 unit 
4.    Fosfatase alkali  5-13 unit 
5.    Laktat dehidrogenase (LDH) 55-140 IU/L 
6.    Kreatin kinase (CK) 10-50 IU/L 
7.    BB 0 %, MB 0-3 %, MM 97-100 %
              SGOT-SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan terutama oleh sel-sel hati. Bila sel-sel liver rusak, misalnya pada kasus hepatitis atau sirosis, biasanya kadar kedua enzim ini meningkat. Makanya, lewat hasil tes laboratorium, keduanya dianggap memberi gambaran adanya gangguan pada hati (Sirajuddin, 2009).
              ALT adalah lebih spesifik untuk kerusakan hati. ALT adalah enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan dengan enzim lain. Biasanya peningkatan ALT terjadi bila ada kerusakan pada selaput sel hati. Setiap jenis peradangan hati dapat menyebabkan peningkatan pada ALT. Peradangan pada hati dapat disebabkan oleh hepatitis virus, beberapa obat, penggunaan alkohol, dan penyakit pada saluran cairan empedu (Sirajuddin, 2009).
              Reagensia ini gunakan untuk menentukan aktivitas ALT (L – Alanin : 2 Oxoglutarate Aminotransferase EC 2.6.1.2) atau SGPT dalam seru manusi secara kuantitatif in vitro.  SGPT banyak terdapat dalam sel hati dan ditemukan juga dalam jumlah yang tidak begitu banyak dalam ginjal, otot jantung dan skeletal, pankreas, limpa dan paru (Sirajuddin, 2009).
              Adapun parameter yang digunakan adalah nilai SGPT dan SGOT. SGPT  merupakan  enzim yang diproduksi oleh hepatocytes, jenis sel yang banyak terdapat di liver. Kadar SGPT dalam darah akan meningkat seiring dengan kerusakan pada sel hepatocytes yang bisa terjadi karena infeksi virus hepatitis, alkohol, obat-obat yang menginduksi terjadinya kerusakan hepatocytes, dan sebab lain seperti adanya shok atau keracunan obat (Corwin, 2000).
              Batas atas normal tergantung pada reagen dan alat yang digunakan. Di rumah sakit tertentu, BAN kadar SGPT bisa 40 u/l, tapi di klinik lain bisa 65 u/l. Ini hanya masalah teknis pemeriksaan. Itu sebabnya, kita tak bisa menyatakan tinggi rendahnya SGOT-SGPT dari angka absolut, tetapi dari nilai relatif (dibandingkan dengan BAN) (Corwin, 2000).

II.5 Pemeriksaan Glukosa
              Karbohidrat glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan penyediaan energi di dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis karbohidrat baik monosakarida, disakarida maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh manusia akan terkonversi menjadi glukosa di dalam hati. Glukosa ini kemudian akan berperan sebagai salah satu molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Berdasarkan bentuknya, molekul glukosa dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu molekul D-Glukosa dan L-Glukosa. Faktor yang menjadi penentu dari bentuk glukosa ini adalah posisi gugus hidrogen (-H) dan alkohol (–OH) dalam struktur molekulnya. Glukosa yang berada dalam bentuk molekul D & L-Glukosa dapat dimanfaatkan oleh sistim tumbuh-tumbuhan, sedangkan sistim tubuh manusia hanya dapat memanfaatkan Dglukosa (Irawan, 2007).
              Di dalam tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus kemudian akan terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran darah. Di dalam tubuh, glukosa tidak hanya dapat tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam otot & hati namun juga dapat tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose). Di dalam tubuh selain akan berperan sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme, glukosa juga akan berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja otak. Melalui proses oksidasi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh, glukosa kemudian akan digunakan untuk mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) yang merupakan molukel molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Dalam konsumsi keseharian, glukosa akan menyediakan hampir 50—75% dari total kebutuhan energi tubuh. Untuk dapat menghasilkan energi, proses metabolisme glukosa akan berlangsung melalui 2 mekanisme utama yaitu melalui proses anaerobik dan proses aerobik. Proses metabolisme secara anaerobik akan berlangsung di dalam sitoplasma (cytoplasm) sedangkan proses metabolisme anaerobik akan berjalan dengan mengunakan enzim ysebagai katalis di dalam mitochondria dengan kehadiran Oksigen (O ) (Irawan, 2007).
              Tahap awal metabolisme konversi glukosa menjadi energi di dalam tubuh akan berlangsung secara anaerobik melalui proses yang dinamakan Glikolisis (Glycolysis). Proses ini berlangsung dengan mengunakan bantuan 10 jenis enzim yang berfungsi sebagai katalis di dalam sitoplasma (cytoplasm) yang terdapat pada sel eukaryotik (eukaryotic cells). Inti dari keseluruhan proses Glikolisis adalah untuk mengkonversi glukosa menjadi produk akhir berupa piruvat. Pada proses Glikolisis, 1 molekul glukosa yang memiliki 6 atom karbon pada rantainya (C6H12O6 ) akan terpecah menjadi produk akhir berupa 2 molekul piruvat (pyruvate) yang memiliki 3 atom karbom (C3H3O3).
              Proses ini berjalan melalui beberapa tahapan reaksi yang disertai dengan terbentuknya beberapa senyawa antara seperti Glukosa 6-fosfat dan Fruktosa 6-fosfat. Selain akan menghasilkan produk akhir berupa molekul piruvat, proses glikolisis ini juga akan menghasilkan molekul ATP serta molekul NADH (1 NADH3 ATP). Molekul ATP yang terbentuk ini kemudian akan diekstrak oleh sel-sel tubuh sebagai komponen dasar sumber energi. Melalui proses glikolisis ini 4 buah molekul ATP & 2 buah molekul NADH (6 ATP) akan dihasilkan serta pada awal tahapan prosesnya akan mengkonsumsi 2 buah molekul ATP sehingga total 8 buah ATP akan dapat terbentuk (Irawan, 2007).
              Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak bisa diserap semua dan tidak mengalami metabolisme dalam sel. Akibatnya, seseorang akan kekurangan energi, sehingga mudah lelah dan berat badan terus turun. Kadar glukosa yang berlebih tersebut dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urin. Gula memiliki sifat menarik air sehingga menyebabkan seseorang banyak mengeluarkan urin dan selalu merasa haus (Hapsari, 2008).
              Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, dimana gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah antara 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya. Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar gula darah setelah makan dan minum merangsang pankreas menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah (Hapsari, 2008).
              Secara keseluruhan proses metabolisme Glukosa akan menghasilkan produk samping berupa karbon dioksida (CO ) dan air (H O). Karbon dioksida dihasilkan dari siklus Asam Sitrat sedangkan air (H O) dihasilkan 2 2 2 dari proses rantai transport elektron. Melalui proses metabolisme, energi kemudian akan dihasilkan dalam bentuk ATP dan kalor panas. Terbentuknya ATP dan kalor panas inilah yang merupakan inti dari proses metabolisme energi. Melalui proses Glikolisis, Siklus Asam Sitrat dan proses Rantai Transpor Elektron, sel-sel yang tedapat di dalam tubuh akan mampu untuk mengunakan dan menyimpan energi yang dikandung dalam bahan makanan sebagai energi ATP. Secara umum proses metabolisme secara aerobik akan mampu untuk menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan dengan proses secara anaerobik. Dalam proses metabolisme secara aerobik, ATP akan terbentuk sebanyak 36 buah sedangkan proses anaerobik hanya akan menghasilkan 2 buah ATP. Ikatan yang terdapat dalam molekul ATP ini akan mampu untuk menghasilkan energi sebesar 7.3 kilokalori per molnya (Irawan, 2007).

II.6 Pemeriksaan Albumin
              Albumin adalah protein utama dalam plasma manusia (3,4-4,7 g/dl) dan membentuk sekitar 60% protein plasma total. Sekitar 40% albumin terdapat dalam plasma, dan 60% sisanya terdapat di ruang ekstrasel. Hati menghasilkan sekitar 12 gr albumin per hari, yaitu sekitar 25% dari semua sintesis protein oleh hati dan separuh jumlah protein yang disekresikannya. Albumin mula-mula dibentuk sebagai suatu praproprotein. Peptida sinyalnya dikeluarkan sewaktu protein ini masuk ke dalam sisterna retikulum endoplasma kasar, dan heksapeptida di terminal amino yang terbentuk kemudian diputuskan ketika protein ini menempuh jalur sekretorik. Sintesis albumin berkurang pada ragam penyakit, terutama penyakit hati. Plasma pasien dengan penyakit hati sering memperlihatkan penurunan rasio albumin terhadap globulin. Pembentukan albumin mengalami penurunan relatife dini pada kondisi malnutrisi protein, misalnya kwashiorkor (Murray, 2009).
              Albumin adalah mayor plasma protein dan mempunyai bentuk globular yang kompleks. Terdiri dari rantai polipeptida tunggal dari 584 asam amino. Albumin membantu keseimbangan cairan dengan mempertahankan tekanan dalam kapiler. Albumin membawa nutrisi ke dalam sel dan membuang produk sisa dari sel. Dalam beberapa penyakit, albumin dirusak untuk menyuplai asam amino untuk sintesis protein yang dibutuhkan untuk kebutuhan tubuh dalam keadaan darurat (Schlenker, DE., Long, S. 2007).
       Albumin manusia terdiri dari satu rantai polipeptida dengan 585 asam amino dan mengandung 17 ikatan disulfida. Dengan menggunakan protease, albumin dapat dibagi menjadi tiga domain yang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Albumin berbentuk elips yang berarti bahwa albumin tidak meningkatkan viskositas plasma sebanyak peningkatan yang dilakukan oleh molekul panjang seperti fibrinogen. Karena massa molekulnya yang relatife rendah (69 kDa) dan konsentrasinya yang tinggi, albumin diperkirakan dapat menentukan sekitar 75-80% tekanan osmotik di dalam plasma manusia (Murray, 2009).
       Penelitian elektroforetik memperlihatkan bahwa plasma orang tertentu tidak mengandung albumin dan biasanya disebut dengan analbuminemia. Salah satu penyebab dari keadaan ini adalah mutasi yang memengaruhi penggabungan. Orang dengan analbuminemia hanya memperlihatkan edema sedang, meskipun pada kenyataannya albumin adalah penentu utama tekanan osmotik plasma.  Diperkirakan bahwa jumlah protein plasma lain meningkat dan mengompensasi ketiadaan albumin tersebut. Fungsi penting lain albumin adalah kemampuannya mengikat berbagai ligan. Ligan-ligan tersebut mencakup asam lemak bebas, kalsium, hormone steroid tertentu, bilirubin, dan sebagai triptofan plasma. Selain itu, albumin tampaknya berperan penting dalam mengankut tembaga di tubuh manusia (Murray, 2009).
       Albumin merupakan protein serum dengan jumlah paling besar memiliki beberapa fungsi penting (Murray, RK., Granner, DK., Rodwell, VW. 2009):
1.      Albumin menjaga tekanan onkotik koloid plasma sebesar 75-80 % dan merupakan 50% dari seluruh protein tubuh. Jika protein plasma khususnya albumin tidak dapat lagi menjaga tekanan osmotik koloid akan terjadi ketidakseimbangan tekanan hidrostatik yang akan menyebabkan terjadinya edema.
2.      Albumin berfungsi sebagai transport berbagai macam substasi termasuk bilirubin, asam lemak, logam, ion, hormone, dan obat-obatan. Salah satu konsekuensi dari hipoalbumin adalah obat yang seharusnya berikatan dengan protein akan berkurang, di lain pihak obat yang tidak berikatan akan meningkat, hal ini akan meningkatkan kadar obat dalam darah.
3.      Perubahan pada albumin akan menyebabkan gangguan fungsi platelet.
       Efek samping jika kelebihan albumin (Murray, RK., Granner, DK., Rodwell, VW. 2009):
1.      Keluhan yang mungkin timbul : demam, nausea, menggigil, dan urtikaria.
2.      Toksisitas aluminium pada gagal ginjal.
3.      Hipokalsemia karena albumin mengikat kalsium.
4.      Hemolisis, jika diberikan larutan albumin hipotonik dalam jumlah besar.
5.      Hipervolemia dan gangal jantung kongestif, bila albumin berlebihan.
6.      Menurut BPL Medical Depertment : adverse reaction 1 dalam 17.200 (albumin 5%), dan dalam 78.200 (albumin 25%) serta tidak didapatkan reaksi yang serius dan fatal.


II.7 Protein
              Protein total kadar semua jenis protein yang terdapat dalam serum atau plasma yang terdiri dari albumin, globulin, dan lain fraksi (protein yang kadarnya sangat rendah). Pemeriksaan protein total berguna untuk memonitor perubahan kadar protein yang disebabkan oleh berbagai macam penyakit. Biasanya diperiksa bersama-sama dengan pemeriksaan lain, misalnya kadar albumin, faal hati, atau peeriksaan elektroforesis protein. Rasio albumin/globulin diperoleh dengan perhitungan dan dapat memberikan keterangan tambahan. Kadar protein total meningkat pada keadaan dehidrasi, multiple myeloma dan pada penyakit hati menahun, merendah pada penyakit ginjal dan stadium akhir penyakit hati (Sirajuddin, 2011).
              Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormone, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein. Di samping itu, asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai precursor sebagian besar koenzim, hormone, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2005).
              Protein sangat berbeda dari karbohidarat dan lemak. Protein adalah sumber utama dari nitrogen yang merupakan elemen yang sangat penting dari setiap mahluk hidup. Fungsi utamanya membentuk jaringan tubuh dengan kandungan asam aminonya. Protein membentuk kehidupan manusia, protein selalu dihubungkan dengan mahluk hidup dan upaya untuk mengetahui bagaimana kehidupan bermula dipusatkan pada bagimana protein mulanya terbentuk (Schlenker,E., D. Long S, 2007).
       Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi tubuh antara lain (Supariasa, 2001):
a.       Untuk mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmosis dari plasma protein.
b.      Sebagai cadangan protein tubuh.
  1. Untuk mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).
  2. Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
  3. Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin.
  4. Untuk mengatur aliran darah, dalam membentuk bekerjanya jantung.
       Keadaan nutrisi protein dapat ditentukan dengan mengukur asupan dari makanan dan pengeluaran senyawa bernitrogen dari tubuh. Meskipun asam nukleat juga mengandung nitrogen, namun protein adalah sumber nitrogen utama dari makanan, dan pengukuran asupan nitrogen total dapat memberikan perkiraan yang baik tentang asupan protein. Tidak semua protein setara secara nutrisional. Sebagian protein dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif karena protein yang berbeda mengandung kombinasi asam amino yang berbeda pula. Tubuh membutuhkan asam amino dalam proporsi yang tepat untuk menggantikan protein tubuh. Protein plasma sebenarnya adalah campuran kompleks yang mencakup tidak saja protein sederhana, tetapi juga protein terkonjugasi misalnya glikoprotein dan berbagai tipe lipoprotein (Murray, 2009).

II.8 Asam Urat
              Asam urat disintesis dalam tubuh manusia.  Asupan makanan tinggi purin mampu meningkatkan kadar asam urat (Lelyana, 2008) Hiperurisemia adalah jika konsentrasi AU darah > 7,0 mg/dL pada laki-laki dan > 6 mg/dL pada perempuan.(Wisesa, 2009).
              Asam urat diketahui berfungsi sebagai antioksidan dan mungkin antioksidan yang paling penting dalam plasma dengan kontribusi sampai 60% dari seluruh aktivitas pembersihan radikal bebas dalam serum manusia.2,12 Urat yakni bentuk AU yang larut dalam darah dapat menangkap superoksida, radikal hidroksil, oksigen tunggal dan juga mempunyai kemampuan untuk chelasi logam-logam transisi.12 AU dapat berinteraksi dengan peroxynitrit, Òsuatu produk toksik yang terbentuk dari reaksi antara anion superoksida dengan NO yang dapat merusak sel melalui proses nitrosilasi residu protein tirosin (terbentuknya nitrotirosin)Ó, dan membentuk donor NO yang stabil, sehingga menyebabkan vasodilatasi dan meminimalkan kerusakan oksidatif yang diinduksi oleh peroxynitrit tadi.2 Hink dkk. melaporkan AU dapat mencegah degradasi extracellular superoxide dismutase (SOD3) yang merupakan ensim penting dalam mempertahankan fungsi endotel dan vaskuler. SOD3 merupakan ensim ekstraseluler yang mengkalalosasi reaksi anion superoksida (O2 - ) menjadi hydrogen peroksida (H2O2). Pembuangan (O2 -) oleh SOD3 mencegah reaksi dan inaktivasi (O2 -) oleh NO, sehingga hal ini membantu mempertahankan konsentrasi NO dan fungsi endotel dengan baik (Wisesa, 2009).
              Namun demikian AU juga bersifat prooksidatif pada kondisi tertentu, khususnya bila antioksidan lain berada dalam level yang rendah. Diketahui AU dapat merangsang oksidasi Low Density Lipoprotein (LDL) in vitro yang merupakan langkah kunci dalam progresivitas arterosklerosis. Efek merusak AU pada sel endotel diperkirakan melalui aktivasi leukosit dan terdapat korelasi yang konsisten antara peningkatan konsentrasi AU dengan marker inflamasi disirkulasi. Observasi klinis dan laboratoris memperlihatkan peningkatan konsentrasi AU dalam darah lebih dari 5,5 mg/dL, dikaitkan dengan disfungsi endotel.15 Jadi walau mempunyai peranan sebagai antioksidan yang signifikan, AU baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebakan kerusakan vaskuler (Wisesa, 2009).
              Asam urat  telah dikenal sejak abad 5 SM dan dari waktu ke waktu jumlah penderita asam urat cenderung meningkat. Penelitian di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa penderita penyakit asam urat menyerang 10% penduduk laki- laki dan 4% penduduk perempuan. Prevalensi gout di Amerika Serikat 10% terjadi pada hiperurisemia sekunder dan diperkirakan 15 dari setiap 100 pria Amerika Serikat beresiko menderita gout. Adapun 90% pasien gout primer adalah laki-laki berusia 30 tahun. Kadar asam urat yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, batu  ginjal,  jantung  koroner  dan  diabetes  mellitus. Sebuah penelitian  yang  dilakukan  para  ahli  di  Amerika Serikat  menyebutkan  bahwa tingginya kadar asam urat pada orang tua berhubungan dengan adanya gangguan pada fungsi kognitif (Fitria, 2008).
              Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk nukleoprotein). Penyebab radang sendi akibat peningkatan kadar asam urat darah disebut gastritis gout atau atritis pirai. Gout adalah penyakit yang terjadi akibat penumpukan asam urat di dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui ginjal yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout terjadi ketika cairan tubuh sangat jenuh akan asam urat karena kadarnya yang tinggi (hiperurisemia). Kondisi yang terkait dengan hiperurisemia adalah diet kaya purin, obesitas, serta sering minum alkohol (Juandy, 2007). Allopurinol merupakan obat yang paling banyak digunakan untuk produksi asam urat yang berlebih, pasien yang tidak mempunyai respon terhadap obat urikosurik dan pasien gout disertai batu ginjal (Fitria, 2008).
              Pada penelitian Silaban (2005) menunjukkan bahwa ekstrak etanol 95% daun dewa dengan metode soxhletasi dapat menurunkan kadar asam urat ayam jantan leghorn yang diinduksi jus hati. Penelitian ini menggunakan metode maserasi yang lebih sederhana, waktu yang singkat, tanpa pemanasan, menggunakan hewan uji  mencit  yang  lebih mudah penanganannya, sert etanol 70% yang efektif menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal (Fitria, 2008).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar