BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pemeriksaan Kolesterol
Jika
kadar kolesterol dalam darah terlalu tinggi, maka akan mengendap membentuk
Kristal. Endapan kolesterol dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah
(arteriosclerosis) karena dindingnya menjadi tebal. Akibatnya, elestisitas
pembuluh darah menjadi berkurang, sehingga aliran darah terganggu (Murray,
2003).
Kolesterol dan ergosterol merupakan prekursor vitamin D. Di dalam mukosa
usus halus kolesterol diubah menjadi 7-dehidrokolesterol, provitamin
kolekalsiferol (vitamin D3) dan disimpan di lapisan lemak bawah
kulit. Perubahan menjadi aktif terjadi bila kulit terkena ultra violet dari
matahari (Murray, 2003).
Tidak banyak yang mengetahui bahwa hiperkolesterol merupakan faktor risiko
penyebab kematian di usia muda. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia pada
tahun 2002, tercatat sebanyak 4,4 juta kematian akibat hiperkolesterol atau
sebesar 7,9% dari jumlah total kematian di usia muda (Murray, 2003).
Hormon kolesterol dapat membahayakan tubuh. Kolesterol
bila terdapat dalam jumlah terlalu banyak dalam darah dapat membentuk endapan
pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan
aterosklerosis. Bila penyempitan terjadi pada pembuluih darah jantung dapat
menyebabkan penyakit jantung koroner dan bila pada pembuluh otak menyebabkan
penyakit serebrovaskular (Almatsier, 2009).
Dalam
mengatur makan, hindari makanan yang mengandung kolesterol yaitu minyak dan
lemak hewan, antara lain daging sapi/kambing/babi, kulit ayam, jerohan, otak,
hati ayam, cumi, udang, kerang, kepiting, kuning telur. Kolesterol bebeda
dengan TGA. Sumber TGA antara lain gorengan, santan, asam lemak trans,
margarine, butter (Schlenker, E. D. dan Long, S., 2007).
Berikut ini beberapa tips yang bisa Anda
lakukan untuk mengendalikan kolesterol Anda (Schlenker, 2007) :
1.
Diet
Konsumsi makanan
yang rendah lemak dan kolesterol. Misalnya dengan mengkonsumsi susu tanpa lemak
dan mengurangi konsumsi daging. Pilihlah makanan dengan kandungan lemak tak
jenuh daripada kandungan lemak jenuh. Minyak yang digunakan untuk menggoreng
secara berulang-ulang dapat meningkatkan kadar kolesterol, maka ada baiknya
Anda mengurangi konsumsi makanan yang digoreng.
2. Konsumsi makanan
berserat.
Lebih banyak
mengkonsumsi makanan berserat seperti gandum, kacang-kacangan, sayur-sayuran
dan buah-buahan. Jenis makanan ini dapat menyerap kolesterol yang ada dalam
darah dan mengeluarkannya dari tubuh.
3.
Konsumsi antioksidan
Antioksidan banyak
terdapat dalam buah-buahan seperti jeruk, strawbery, pepaya, wortel, atau labu.
Mengkonsumsi bawang putih secara teratur juga dapat menurunkan kadar
kolesterol.
4.
Hindari alkohol dan merokok
Dengan merokok atau
mengkonsumsi alkohol, kolesterol akan mudah menumpuk dalam aliran darah.
5.
Olahraga
Berolahraga secara teratur sesuai dengan
umur dan kemampuan. Jaga agar berat tubuh Anda tetap ideal.
Kolesterol adalah sterol yang paling dikenal oleh masyarakat. Klesterol
dalam tubuh mempunyai fungsi ganda, yaitu di satu sisi diperlukan, di sisi lain
dapat membahayakan bergsntung berapa banyak terdapat di dalam tubuh dan di
bagian mana. Kolesterol di dalam tubuh terutama di peroleh dari hasil sintesis
di dalam hati. Bahan bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein atau lemak.
Jumlah yang disintesis bergantung pada kebutuhan tubuh dan jumlah yang
diperoleh dari makanan (Almatsier, 2009).
Kolesterol dan ergosterol merupakan prekursor vitamin D. Di dalam mukosa
usus halus kolesterol di ubah menjadi 7-dehidrokolesterol, provitamin
kolekalsiferol (vitamin D3) dan disimpan dilapisan lemak bawah kulit. Perubahan
menjadi bentuk aktif terjadi bila kulit terkena sinar ultraviolet dari matahari
(Almatsier, 2009).
Kolesterol dalam tubuh diproduksi dalam jumlah yang diperlukan. Hiperkolesterolemia
terjadi jika kadar kolesterol melebihi batas normal, dan hal ini dapat
menyebabkan aterosklerosis, yaitu penyumbatan pembuluh darah arteri akibat
penumpukan di dinding arteri. Jika aterosklerosis ini terjadi di pembuluh darah
arteri yang memasok oksigen ke jantung, maka hal ini dapat menyebabkan penyakit
jantung koroner, dan jika pada pembuluh darah yang ke otak akan menyebabkan
stroke. Hiperkolesterolemia ini dapat juga terjadi karena beberapa faktor lain,
seperti bobot badan, usia, kurang olahraga, stress emosional, gangguan metabolisme, kelainan genetik dan pola makan yang tinggi kadar
kolesterol dan lemak jenuh (Kurniawati dkk, 2006).
Menurut Grundy (1991) dalam skripsi Kurniawati (2006) menyatakan
bahwa mengkonsumsi makanan yang kaya kolesterol dan asam lemak jenuh dapat
menekan pembentukan reseptor Low Density Lipoprotein (LDL), sehingga
meningkatkan jumlah kolesterol yang beredar di dalam darah. Karena lovastatin
dapat digunakan sebagai obat untuk pasien yang menderita resiko tinggi serangan
jantung sebagai akibat dari hiperkolesterolemia, sedangkan lovastatin yang
beredar di pasaran merupakan produk import maka perlu dicari alternatif untuk
memproduksi sendiri lovastatin dari kapang jenis M. purpureus lokal. Berdasarkan
penelitian terdahulu oleh Kasim et al., (2005), yang meneliti 19 isolat
lokal M. purpureus sebagai penghasil lovastatin, maka isolat JmbA
merupakan isolat penghasil lovastatin tertinggi yakni mencapai 0,92%. Oleh\ karena
itu perlu diuji kemampuannya untuk menurunkan kadar kolesterol darah (Kurniawati
dkk, 2006).
Menurut
Kim et al., (1999) pada penelitian Murtini (2005) menyatakan bahwa kitosan
hidrolisat mempunyai binding capasity 800% terhadap kolesterol. Kitosan
juga dikenal sebagai Fat Magnet yang artinya dalam dunia
perdagangan dapat dipergunakan untuk diet penurunan berat badan. Kitosan
juga dapat menurunkan kolesterol dalam test dengan hewan. Kitosan
mempunyai kemampuan yang unik untuk mengikat lemak. Serat kitosan yang
telah mengikat lemak menjadi masa yang besar yang mana bodi tidak
dapat menyerap dan akirnya dibuang. Kitosan mempunyai kemampuan
menangkap dan melarutkan lemak dan kolesterol dalam lambung sehingga
dapat mengurangi tingkat kolesterol dan membantu menurunkan berat badan.
Kitosan ini merupakan derivat dari kitin suatu polisakarida dari kulit
kepiting/rajungan, udang maupun lobster.
Untuk
menghasilkan kitosan dengan cara menghidrolisis senyawa kitin dengan
menggunakan NaOH pekat untuk memutus ikatan N-acetyl. Kitosan ini larut asam
asetat 1% tetapi tidak larut dalam air. Kebanyakan yang digunakan dalam farmasi
adalah derivat kitosan yang dapat larut dalam air yang berarti kondisi pHnya
netral. Senyawa derivat kitosan yang dapat larut air disebut Karbosil metil
kitosan (KMK) tidak beracun dan bersifat biodegradable serta biocompatible.Seperti
diketahui banyak produk aplikasi kitosan yang menuntut kitosan larut dalam air
seperti produkproduk kosmetik, makanan maupun farmasi (Murtini, 2005).
II.2 Pemeriksaan High
Density Lipoprotein (HDL)
Kolesterol merupakan senyawa lipida netral yang dapat mempengaruhi
kesehatan manusia terutama yang menderita penyakit jantung. Kolesterol ini
memang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tetapi kalau berlebihan
kolesterol ini merupakan senyawa yang harus dihindari. Kelebihan kandungan
kolesterol pada manusia berasal dari makanan yang masuk ke tubuh manusia.
Kandungan kolesterol banyak terdapat terutama pada daging hewan, telur dan
produk perikanan khususnya cumicumi serta udang. Kolesterol ini mempunyai dua
sifat baik dan buruk terhadap kesehatan manusia. Yang mempunyai pengaruh jelek
pada kesehatan manusia adalah Low Density Lipoprotein (LDL), sedangkan yang
baik adalah High Density Lipoprotein (HDL) (Murtini, 2005).
HDL disebut sebagai lemak yang
"baik" karena dalam operasinya ia membersihkan kelebihan kolesterol
dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama
yang membentuk HDL adalah Apo-A (apolipoprotein). HDL ini mempunyai kandungan
lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi sehingga lebih berat (Pangan
dan Kesehatan, 2009).
HDL
("Kolesterol Baik”)
Kurang
dari 40
|
Rendah
|
Lebih dari 60
|
Tinggi
|
Total
cholesterol (TC)
|
|
Kurang dari 200
|
Yang diperlukan
|
200-239
|
Batas normal tertinggi
|
Lebih dari 240
|
Tinggi
|
Bila sel-sel lemak membebaskan gliserol
dan asam lemak, kemungkinan kolesterol dan fosfolipida akan dikembalikan pula
kedalam aliran darah. Hati dan usus halus akan memproduksi HDL (lipoprotein
dengan densitas tinggi) yang masuk kedalam aliran darah. HDL mengambil
kolesterol dan fosfolipida yang ada di dalam aliran darah. HDL menyerahkan
kolesterol ke dalam lipoprotein untuk diangkut kembali ke hati guna diedarkan
kembali atau dikeluarkan dari tubuh. Nilai LDL dan HDL mempunyai implikasi
terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah. Nilai LDL yang tinggi dikaitkan
dengan resiko tinggi terhadap serangan jantung. Sebaliknya HDL tinggi dikaitkan
dengan resiko rendah. Oleh sebab itu, LDL dikatakan juga sebagai “kolesterol
jahat”, sedangkan HDL “kolesterol baik” (Almatsier, 2009).
HDL disintesis dan disekresikan dari hati dan usus.
Namun apo C dan apo E disintesis di hati dan dipindahkan dari HDL hati ke HDL
usus ketika HDL usus ini memasuki plasma. Fungsi utama HDL adalah sebagai
tempat penyimpanan apo C dan apo E yang dibithkan dalam metabolisme kilomikron
dan VLDL. HDL nascent terdiri dari lapis-ganda fosfolipid diskoid yang
mengandung apo A dan kolesterol bebas. Lipoprotein ini serupa dengan partikel
yang ditemukan di dalam plasma pasien dengan defisiensi enzim plasma
lesitin;kolesterol asiltransferase (LCAT) dan didalam plasma pasien ikterus
obstruktif (Murray, 2009).
Kadar HDL bervariasi secara timbal balik dengan
kadar triasilgliserol plasma dan secara langsung dengan aktivitas lipoprotein
lipase. Hal ini mungkin disebabkan oleh konstituen permukaan surplus, misalnya
fosfolipid dan apo A-1 yang dibebaskan sewaktu hidrolisis kilomikron dan VLDL
serta ikut membentuk praβ-HDL dan HDL diskoid. Kadar HDL berbanding terbalik dengan insidens
ateroklerosis koroner, mungkin karena HDL mencerminkan efisiensi transpor
kolesterol terbalik. HDL ditemaukan dalam darah hewan yang hiperkolesterolemik
akibat makanan. HDL ini kaya akan kolesterol, dan apolipoprotein satu-satunya
adalah apo E. Tampaknya, semua lipoprotein plasma adalah komponen yang saling
berkaitan dari satu atau lebih siklus metabolik yang bersama-sama bertanggung
jawab dalam proses kompleks pengangkutan plasma (Murray, 2009).
II.3 Pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT)
AST adalah enzim hati, yang juga dikenal
sebagai SGOT. Tingkat enzim inilah yang diukur pada tes fungsi hati, yang
menunjukkan tingkat kerusakan pasa hati
(Sirajuddin, 2009).
AST (SGOT) normalnya ditemukan dalam
suatu keanekaragaman dari jaringan termasuk hati, jantung, otot, ginjal, dan
otak. Ia dilepaskan kedalam serum ketika satu saja dari jaringan-jaringan ini
rusak. Contohnya, tingkatnya didalam serum naik dengan serangan-serangan
jantung dan dengan kelainan-kelainan otot. Ia oleh karenanya bukan suatu
indikator yang sangat spesifik dari luka hati (Sirajuddin, 2009).
AST
adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam jantung, ginjal dan
otak. Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit hati. Dalam beberapa kasus
peradangan hati, peningkatan ALT dan AST akan serupa. Akalin fosfatase meningkat pada berbagai jenis penyakit hati,
tetapi peningkatan ini juga dapat terjadi berhubungan dengan penyakit tidak
terkait dengan hati. Alkalin fosfatase sebetulnya adalah suatu kumpulan enzim
yang serupa, yang dibuat dalam saluran cairan empedu dan selaput dalam hati,
tetapi juga ditemukan dalam banyak jaringan lain. Peningkatan alkalin fosfatase
dapat terjadi bila saluran cairan empedu dihambat karena alasan apa pun. Di
antara yang lain, peningkatan pada alkalin fosfatase dapat terjadi terkait
dengan sirosis dan kanker hati (Murray dkk, 2003).
Gangguan hati sendiri bentuknya
berjenis-jenis, dengan jumlah penderita tak sedikit. Jumlah pengidap hepatitis
C saja sekitar 3% dari populasi. Belum lagi hepatitis A dan B yang jumlahnya
jauh lebih banyak. Apalagi jika ditambah dengan perlemakan hati, sirosis,
intoksikasi obat, fibrosis hati, dan penyakit lain yang nama-nya jarang kita
dengar. Penyakit-penyakit tadi umumnya ditandai dengan peningkatan angka
SGOT-SGPT. Namun, kedua enzim itu tidak 100% dihasilkan oleh liver. Sebagian
kecil juga diproduksi oleh sel otot, jantung, pankreas, dan ginjal. Itu sebabnya,
jika sel-sel otot mengalami kerusakan, kadar kedua enzim ini pun meningkat
(Murray dkk, 2003).
Rusaknya sel-sel otot bisa disebabkan
oleh banyak hal, misalnya aktivitas fisik yang berat, luka, trauma, atau bahkan
kerokan. Ketika kita mendapat injeksi intra muskular (suntik lewat jaringan
otot), sel-sel otot pun bisa mengalami sedikit kerusakan dan meningkatkan kadar
enzim transaminase ini. Pendek kata, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan
kenaikan SGOT-SGPT. Dibandingkan dengan SGOT, SGPT lebih spesifik menunjukkan
ketidakberesan sel hati, karena SGPT hanya sedikit saja diproduksi oleh sel
nonliver. Biasanya, faktor nonliver tidak menaikkan SGOT-SGPT secara drastis.
Umumnya, tidak sampai 100% di atas BAN (Murray dkk, 2003).
Enzim AST adalah enzim intraseluler yang
bekerja sebagai katalisator dalam proses pemindahan gugus amino, yang
melibatkan asam aspartat dan asam ketoglutarat. asam l-aspartat + asam
ketoglutarat <=> asam oksaloasetat + asam glutamate. Kadar yang tinggi dari
enzim AST dapat kita jumpai pada berbagai organ seperti sel otot jantung, hati,
otot rangka, ginjal, pankreas, sel darah merah, otak dan jaringan lainnya.
Peningkatan kadar AST serum dapat terlihat pada berbagai keadaan dimana terjadi
nekrosis dari sel hati, sel jantung, sel darah merah, atau sel otot rangka (Corwin, 2000).
Uji Faal Hati atau fungsi Hati,
biasanya diidentikkan dengan pemeriksaan Aspartate Aminotransferase (AST) yang
di Indonesia sering disebut SGOT. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
apakah AST seseorang meningkat atau tidak. AST itu sendiri adalah salah satu
enzim di hati. Tapi bisa juga keluar dari sel otot, sel darah merah atau dari
lokasi lainnya. Namun dari penelitian, level AST akan meningkat 10 sampai 20
kali dari batasan normal pada penyakit hepatitis (radang hati) atau
hepatotoxicity (keracunan hati). Peningkatan ini, terjadi secara cepat (akut)
yakni 1 - 2 hari setelah virus atau toksin masuk. Dan akan normal kembali pada
hari ke-3 sampai hari ke-6 itupun jika kita berhasil mengatasi virus atau
toksinnya. Contoh penyakit hati yang akut adalah Hepatitis A dan Hepatitis B (Corwin, 2000).
Perlu diingat bila peningkatan AST hanya
3 atau 10 kali lipat dari nilai normal, tetaplah waspada. Apakah terjadi
penyakit hati yang kronik, itu harus diperiksa lebih lanjut. Contoh penyakit
hati yang kronik adalah Hepatitis C, Sirosis Hepatis (Gagal Hati), Kanker Hati,
atau gara-gara minum alkohol atau keracunan obat. Uji Faal Hati lain yang
sering diperiksa adalah Alanine Aminotransferase (ALT) yang di Indonesia sering
disebut SGPT. Enzim ini lebih spesifik dibandingkan AST. Enzim ini dikeluarkan
di hati, ginjal dan otot. Enzim ini perlu juga diperiksa sebagai konfirmasi
dari pemeriksaan AST. Bila ALT dan AST meningkat keduanya berarti memang sel
hatilah yang rusak. Hal ini ditunjukkan dengan adanya rasio AST/ALT, di mana
bila nilainya kurang dari atau sama dengan 1, maka kemungkinan penyakitnya
adalah akut. Namun bila nilainya lebih dari 1, kemungkinan penyakitnya adalah
kronis (Corwin, 2000).
II.4 Pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT)
Tingkat-tingkat AST dan ALT yang paling
tinggi ditemukan dengan kelainan-kelainan yang menyebabkan kematian yang banyak
dari sel-sel hati (nekrosis hati yang ekstensif). Ini terjadi pada
kondisi-kondisi seperti virus hapatitis A atau B kronis , kerusakan hati yang
jelas yang ditimbulkan oleh racun-racun seperti dari suatu overdosis (kelebihan
dosis) dari acetaminophen (nama merk Tylenol), dan runtuhnya sistim peredaran
yang lama (shock) ketika hati dirampas/dicabut dari darah segar yang membawa
oksigen dan nutrisi-nutrisi. Tingkat-tingkat serum AST dan ALT pada
situasi-situasi ini dapat mencakup dimana saja dari sepuluh kali
batasan-batasan normal atas sampai ke ribuan unit/liter (Linder, 2006).
Kenaikan enzim-enzim hati dari ringan
sampai sedang adalah hal yang biasa. Mereka seringkali secara tak terduga
ditemukan pada tes-tes screening darah rutin pada individu-individu yang jika
tidak adalah sehat. Tingkat-tingkat AST dan ALT pada kasus-kasus semacam ini
biasanya ada diantara dua kali batas-batas normal atas dan beberapa ratus
unit/liter. Penyebab yang paling umum dari kenaikan-kenaikan yang ringan sampai
sedang dari enzim-enzim hati ini adalah fatty liver (hati berlemak). Di Amerika, penyebab hati berlemak yang paling sering
adalah penyalahgunaan alkohol. Penyebab-penyebab lain dari fatty liver termasuk
diabetes mellitus dan kegemukan (obesity). Hepatitis C kronis juga sedang menjadi suatu
penyebab yang penting dari kenaikan-kenaikan enzim hati yang ringan sampai
sedang (Linder, 2006).
Faal hati yang terjadi pada infeksi
bakterial maupun virus yang sistemik yang bukan virus hepatitis. Penderita
semacam ini, biasanya ditandai dengan demam tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Disini faal
hati terlihat akan terjadinya peningkatan SGOT, SGPT serta ∂-GT antara 3-5X
nilai normal. Tes faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis.. SGOT,
SGPT meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase
meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal, kecuali pada hepatitis kolestatik dapat
lebih tinggi (Murray dkk, 2003).
Adapun kadar enzim plasma non-fungsional
meliputi (Murray dkk, 2003):
1. Aspartate aminotransferase
(AST;SGOT) 0-41 IU/L
2. Alanine aminotransferase
(ALT;SGPT) 0-45 IU/L
3. Fosfatase asam 1-5 unit
4. Fosfatase alkali 5-13 unit
5. Laktat dehidrogenase (LDH)
55-140 IU/L
6. Kreatin kinase (CK) 10-50 IU/L
7. BB 0 %, MB 0-3 %, MM 97-100 %
SGOT-SGPT merupakan dua enzim
transaminase yang dihasilkan terutama oleh sel-sel hati. Bila sel-sel liver
rusak, misalnya pada kasus hepatitis atau sirosis, biasanya kadar kedua enzim
ini meningkat. Makanya, lewat hasil tes laboratorium, keduanya dianggap memberi
gambaran adanya gangguan pada hati (Sirajuddin, 2009).
ALT adalah lebih spesifik
untuk kerusakan hati. ALT adalah enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit),
jadi lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan dengan enzim lain.
Biasanya peningkatan ALT terjadi bila ada kerusakan pada selaput sel hati.
Setiap jenis peradangan hati dapat menyebabkan peningkatan pada ALT. Peradangan
pada hati dapat disebabkan oleh hepatitis virus, beberapa obat, penggunaan
alkohol, dan penyakit pada saluran cairan empedu (Sirajuddin, 2009).
Reagensia ini gunakan untuk menentukan aktivitas ALT (L –
Alanin : 2 Oxoglutarate Aminotransferase EC 2.6.1.2) atau SGPT dalam seru
manusi secara kuantitatif in vitro. SGPT
banyak terdapat dalam sel hati dan ditemukan juga dalam jumlah yang tidak
begitu banyak dalam ginjal, otot jantung dan skeletal, pankreas, limpa dan paru
(Sirajuddin, 2009).
Adapun parameter yang digunakan adalah
nilai SGPT dan SGOT. SGPT merupakan enzim yang diproduksi oleh
hepatocytes, jenis sel yang banyak terdapat di liver. Kadar SGPT dalam darah
akan meningkat seiring dengan kerusakan pada sel hepatocytes yang bisa terjadi
karena infeksi virus hepatitis, alkohol, obat-obat yang menginduksi terjadinya
kerusakan hepatocytes, dan sebab lain seperti adanya shok atau keracunan obat (Corwin, 2000).
Batas atas normal tergantung pada reagen
dan alat yang digunakan. Di rumah sakit tertentu, BAN kadar SGPT bisa 40 u/l,
tapi di klinik lain bisa 65 u/l. Ini hanya masalah teknis pemeriksaan. Itu
sebabnya, kita tak bisa menyatakan tinggi rendahnya SGOT-SGPT dari angka
absolut, tetapi dari nilai relatif (dibandingkan dengan BAN) (Corwin, 2000).
II.5 Pemeriksaan Glukosa
Karbohidrat glukosa merupakan
karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan penyediaan energi di dalam tubuh.
Hal ini disebabkan karena semua jenis karbohidrat baik monosakarida, disakarida
maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh manusia akan terkonversi menjadi
glukosa di dalam hati. Glukosa ini kemudian akan berperan sebagai salah satu
molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Berdasarkan bentuknya,
molekul glukosa dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu molekul D-Glukosa dan
L-Glukosa. Faktor yang menjadi penentu dari bentuk glukosa ini adalah posisi
gugus hidrogen (-H) dan alkohol (–OH) dalam struktur molekulnya. Glukosa yang
berada dalam bentuk molekul D & L-Glukosa dapat dimanfaatkan oleh sistim
tumbuh-tumbuhan, sedangkan sistim tubuh manusia hanya dapat memanfaatkan Dglukosa
(Irawan, 2007).
Di dalam tubuh
manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus kemudian akan terdistribusi
ke dalam semua sel tubuh melalui aliran darah. Di dalam tubuh, glukosa tidak
hanya dapat tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam otot & hati namun juga
dapat tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose).
Di dalam tubuh selain akan berperan sebagai bahan bakar bagi proses
metabolisme, glukosa juga akan berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja
otak. Melalui proses oksidasi yang terjadi di dalam sel-sel tubuh, glukosa
kemudian akan digunakan untuk mensintesis molekul ATP (adenosine
triphosphate) yang merupakan molukel molekul dasar penghasil energi di
dalam tubuh. Dalam konsumsi keseharian, glukosa akan menyediakan hampir 50—75%
dari total kebutuhan energi tubuh. Untuk dapat menghasilkan energi, proses
metabolisme glukosa akan berlangsung melalui 2 mekanisme utama yaitu melalui
proses anaerobik dan proses aerobik. Proses metabolisme secara anaerobik akan
berlangsung di dalam sitoplasma (cytoplasm) sedangkan proses metabolisme
anaerobik akan berjalan dengan mengunakan enzim ysebagai katalis di dalam
mitochondria dengan kehadiran Oksigen (O ) (Irawan, 2007).
Tahap awal metabolisme konversi glukosa
menjadi energi di dalam tubuh akan berlangsung secara anaerobik melalui proses
yang dinamakan Glikolisis (Glycolysis). Proses ini berlangsung dengan
mengunakan bantuan 10 jenis enzim yang berfungsi sebagai katalis di dalam
sitoplasma (cytoplasm) yang terdapat pada sel eukaryotik (eukaryotic
cells). Inti dari keseluruhan proses Glikolisis adalah untuk mengkonversi
glukosa menjadi produk akhir berupa piruvat. Pada proses Glikolisis, 1 molekul
glukosa yang memiliki 6 atom karbon pada rantainya (C6H12O6 ) akan terpecah
menjadi produk akhir berupa 2 molekul piruvat (pyruvate) yang memiliki 3
atom karbom (C3H3O3).
Proses ini berjalan melalui beberapa
tahapan reaksi yang disertai dengan terbentuknya beberapa senyawa antara
seperti Glukosa 6-fosfat dan Fruktosa 6-fosfat. Selain akan
menghasilkan produk akhir berupa molekul piruvat, proses glikolisis ini juga
akan menghasilkan molekul ATP serta molekul NADH (1 NADH3 ATP). Molekul ATP
yang terbentuk ini kemudian akan diekstrak oleh sel-sel tubuh sebagai komponen
dasar sumber energi. Melalui proses glikolisis ini 4 buah molekul ATP & 2
buah molekul NADH (6 ATP) akan dihasilkan serta pada awal tahapan prosesnya
akan mengkonsumsi 2 buah molekul ATP sehingga total 8 buah ATP akan dapat
terbentuk (Irawan, 2007).
Kadar
glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak bisa diserap semua dan tidak mengalami metabolisme dalam sel. Akibatnya,
seseorang akan kekurangan energi, sehingga
mudah lelah dan berat badan terus turun. Kadar glukosa yang berlebih tersebut
dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urin. Gula memiliki sifat menarik air sehingga menyebabkan seseorang
banyak mengeluarkan urin dan selalu merasa
haus (Hapsari, 2008).
Kadar
gula darah sepanjang hari bervariasi, dimana gula darah akan meningkat setelah
makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada
pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah antara 70-110 mg/dL darah.
Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan
atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya. Kadar gula
darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif (bertahap)
setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak.
Peningkatan kadar gula darah setelah makan dan minum merangsang pankreas
menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah (Hapsari,
2008).
Secara keseluruhan proses metabolisme
Glukosa akan menghasilkan produk samping berupa karbon dioksida (CO ) dan air
(H O). Karbon dioksida dihasilkan dari siklus Asam Sitrat sedangkan air (H O)
dihasilkan 2 2 2 dari proses rantai transport elektron. Melalui proses
metabolisme, energi kemudian akan dihasilkan dalam bentuk ATP dan kalor panas.
Terbentuknya ATP dan kalor panas inilah yang merupakan inti dari proses metabolisme
energi. Melalui proses Glikolisis, Siklus Asam Sitrat dan proses Rantai
Transpor Elektron, sel-sel yang tedapat di dalam tubuh akan mampu untuk
mengunakan dan menyimpan energi yang dikandung dalam bahan makanan sebagai
energi ATP. Secara umum proses metabolisme secara aerobik akan mampu untuk menghasilkan
energi yang lebih besar dibandingkan dengan proses secara anaerobik. Dalam
proses metabolisme secara aerobik, ATP akan terbentuk sebanyak 36 buah
sedangkan proses anaerobik hanya akan menghasilkan 2 buah ATP. Ikatan yang
terdapat dalam molekul ATP ini akan mampu untuk menghasilkan energi sebesar 7.3
kilokalori per molnya (Irawan, 2007).
II.6 Pemeriksaan Albumin
Albumin adalah protein utama dalam plasma manusia (3,4-4,7 g/dl) dan membentuk
sekitar 60% protein plasma total. Sekitar 40% albumin terdapat dalam plasma,
dan 60% sisanya terdapat di ruang ekstrasel. Hati menghasilkan sekitar 12 gr
albumin per hari, yaitu sekitar 25% dari semua sintesis protein oleh hati dan
separuh jumlah protein yang disekresikannya. Albumin mula-mula dibentuk sebagai
suatu praproprotein. Peptida sinyalnya dikeluarkan sewaktu protein ini masuk ke
dalam sisterna retikulum endoplasma kasar, dan heksapeptida di terminal amino
yang terbentuk kemudian diputuskan ketika protein ini menempuh jalur
sekretorik. Sintesis albumin berkurang pada ragam penyakit, terutama penyakit
hati. Plasma pasien dengan penyakit hati sering memperlihatkan penurunan rasio
albumin terhadap globulin. Pembentukan albumin mengalami penurunan relatife
dini pada kondisi malnutrisi protein, misalnya kwashiorkor (Murray, 2009).
Albumin adalah mayor plasma protein dan mempunyai bentuk
globular yang kompleks. Terdiri dari rantai polipeptida tunggal dari 584 asam
amino. Albumin membantu keseimbangan cairan dengan mempertahankan tekanan dalam
kapiler. Albumin membawa nutrisi ke dalam sel dan membuang produk sisa dari
sel. Dalam beberapa penyakit, albumin dirusak untuk menyuplai asam amino untuk
sintesis protein yang dibutuhkan untuk kebutuhan tubuh dalam keadaan darurat (Schlenker, DE., Long, S. 2007).
Albumin manusia terdiri dari satu rantai
polipeptida dengan 585 asam amino dan mengandung 17 ikatan disulfida. Dengan
menggunakan protease, albumin dapat dibagi menjadi tiga domain yang memiliki
fungsi yang berbeda-beda. Albumin berbentuk elips yang berarti bahwa albumin
tidak meningkatkan viskositas plasma sebanyak peningkatan yang dilakukan oleh
molekul panjang seperti fibrinogen. Karena massa molekulnya yang relatife
rendah (69 kDa) dan konsentrasinya yang tinggi, albumin diperkirakan dapat
menentukan sekitar 75-80% tekanan osmotik di dalam plasma manusia (Murray,
2009).
Penelitian elektroforetik memperlihatkan
bahwa plasma orang tertentu tidak mengandung albumin dan biasanya disebut
dengan analbuminemia. Salah satu penyebab dari keadaan ini adalah mutasi yang
memengaruhi penggabungan. Orang dengan analbuminemia hanya memperlihatkan edema
sedang, meskipun pada kenyataannya albumin adalah penentu utama tekanan osmotik
plasma. Diperkirakan bahwa jumlah
protein plasma lain meningkat dan mengompensasi ketiadaan albumin tersebut.
Fungsi penting lain albumin adalah kemampuannya mengikat berbagai ligan.
Ligan-ligan tersebut mencakup asam lemak bebas, kalsium, hormone steroid
tertentu, bilirubin, dan sebagai triptofan plasma. Selain itu, albumin
tampaknya berperan penting dalam mengankut tembaga di tubuh manusia (Murray,
2009).
Albumin merupakan protein serum dengan
jumlah paling besar memiliki beberapa fungsi penting (Murray,
RK., Granner, DK., Rodwell, VW. 2009):
1. Albumin menjaga tekanan onkotik
koloid plasma sebesar 75-80 % dan merupakan 50% dari seluruh protein tubuh.
Jika protein plasma khususnya albumin tidak dapat lagi menjaga tekanan osmotik
koloid akan terjadi ketidakseimbangan tekanan hidrostatik yang akan menyebabkan
terjadinya edema.
2. Albumin berfungsi sebagai transport
berbagai macam substasi termasuk bilirubin, asam lemak, logam, ion, hormone,
dan obat-obatan. Salah satu konsekuensi dari hipoalbumin adalah obat yang seharusnya
berikatan dengan protein akan berkurang, di lain pihak obat yang tidak
berikatan akan meningkat, hal ini akan meningkatkan kadar obat dalam darah.
3. Perubahan pada albumin akan
menyebabkan gangguan fungsi platelet.
Efek samping jika kelebihan albumin (Murray,
RK., Granner, DK., Rodwell, VW. 2009):
1. Keluhan yang mungkin
timbul : demam, nausea, menggigil, dan urtikaria.
2. Toksisitas aluminium
pada gagal ginjal.
3. Hipokalsemia karena
albumin mengikat kalsium.
4. Hemolisis, jika
diberikan larutan albumin hipotonik dalam jumlah besar.
5. Hipervolemia dan
gangal jantung kongestif, bila albumin berlebihan.
6. Menurut BPL Medical
Depertment : adverse reaction 1 dalam 17.200 (albumin 5%), dan dalam 78.200
(albumin 25%) serta tidak didapatkan reaksi yang serius dan fatal.
II.7 Protein
Protein total kadar
semua jenis protein yang terdapat dalam serum atau plasma yang terdiri dari
albumin, globulin, dan lain fraksi (protein yang kadarnya sangat rendah).
Pemeriksaan protein total berguna untuk memonitor perubahan kadar protein yang
disebabkan oleh berbagai macam penyakit. Biasanya diperiksa bersama-sama dengan
pemeriksaan lain, misalnya kadar albumin, faal hati, atau peeriksaan
elektroforesis protein. Rasio albumin/globulin diperoleh dengan perhitungan dan
dapat memberikan keterangan tambahan. Kadar protein total meningkat pada
keadaan dehidrasi, multiple myeloma dan pada penyakit hati menahun, merendah
pada penyakit ginjal dan stadium akhir penyakit hati (Sirajuddin, 2011).
Protein adalah bagian dari semua sel
hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh
adalah protein, separuhnya ada dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang
rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan
cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormone, pengangkut zat-zat gizi dan darah,
matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein. Di samping itu, asam amino
yang membentuk protein bertindak sebagai precursor sebagian besar koenzim,
hormone, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan.
Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain,
yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2005).
Protein sangat berbeda dari karbohidarat
dan lemak. Protein adalah sumber utama dari nitrogen yang merupakan elemen yang
sangat penting dari setiap mahluk hidup. Fungsi utamanya membentuk jaringan
tubuh dengan kandungan asam aminonya. Protein membentuk kehidupan manusia,
protein selalu dihubungkan dengan mahluk hidup dan upaya untuk mengetahui
bagaimana kehidupan bermula dipusatkan pada bagimana protein mulanya terbentuk
(Schlenker,E., D. Long S, 2007).
Protein dalam darah mempunyai peranan
fisiologis yang penting bagi tubuh antara lain (Supariasa, 2001):
a. Untuk
mengatur tekanan
air, dengan adanya tekanan osmosis dari plasma protein.
b. Sebagai
cadangan protein tubuh.
- Untuk mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).
- Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
- Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin.
- Untuk mengatur aliran darah, dalam membentuk bekerjanya jantung.
Keadaan nutrisi protein dapat ditentukan dengan mengukur
asupan dari makanan dan pengeluaran senyawa
bernitrogen dari tubuh. Meskipun asam nukleat juga mengandung nitrogen, namun
protein adalah sumber nitrogen utama dari makanan, dan pengukuran asupan
nitrogen total dapat memberikan perkiraan yang baik tentang asupan protein.
Tidak semua protein setara secara nutrisional. Sebagian protein dibutuhkan
dalam jumlah yang lebih banyak untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen
positif karena protein yang berbeda mengandung kombinasi asam amino yang
berbeda pula. Tubuh membutuhkan asam amino dalam proporsi yang tepat untuk
menggantikan protein tubuh. Protein plasma sebenarnya adalah campuran kompleks
yang mencakup tidak saja protein sederhana, tetapi juga protein terkonjugasi
misalnya glikoprotein dan berbagai tipe lipoprotein
(Murray, 2009).
II.8 Asam
Urat
Asam
urat disintesis dalam tubuh manusia.
Asupan makanan tinggi purin mampu meningkatkan kadar asam urat (Lelyana,
2008) Hiperurisemia adalah jika konsentrasi AU darah > 7,0 mg/dL pada
laki-laki dan > 6 mg/dL pada perempuan.(Wisesa, 2009).
Asam urat diketahui berfungsi sebagai
antioksidan dan mungkin antioksidan yang paling penting dalam plasma dengan
kontribusi sampai 60% dari seluruh aktivitas pembersihan radikal bebas dalam
serum manusia.2,12 Urat yakni bentuk AU yang larut dalam darah dapat menangkap
superoksida, radikal hidroksil, oksigen tunggal dan juga mempunyai kemampuan
untuk chelasi logam-logam transisi.12 AU dapat berinteraksi dengan
peroxynitrit, Òsuatu produk toksik yang terbentuk dari reaksi antara anion
superoksida dengan NO yang dapat merusak sel melalui proses nitrosilasi residu
protein tirosin (terbentuknya nitrotirosin)Ó, dan membentuk donor NO yang
stabil, sehingga menyebabkan vasodilatasi dan meminimalkan kerusakan oksidatif
yang diinduksi oleh peroxynitrit tadi.2 Hink dkk. melaporkan AU dapat mencegah
degradasi extracellular superoxide dismutase (SOD3) yang merupakan ensim
penting dalam mempertahankan fungsi endotel dan vaskuler. SOD3 merupakan ensim
ekstraseluler yang mengkalalosasi reaksi anion superoksida (O2 - ) menjadi
hydrogen peroksida (H2O2). Pembuangan (O2 -) oleh SOD3 mencegah reaksi dan
inaktivasi (O2 -) oleh NO, sehingga hal ini membantu mempertahankan konsentrasi
NO dan fungsi endotel dengan baik (Wisesa, 2009).
Namun demikian AU juga bersifat
prooksidatif pada kondisi tertentu, khususnya bila antioksidan lain berada
dalam level yang rendah. Diketahui AU dapat merangsang oksidasi Low Density
Lipoprotein (LDL) in vitro yang merupakan langkah kunci dalam progresivitas
arterosklerosis. Efek merusak AU pada sel endotel diperkirakan melalui aktivasi
leukosit dan terdapat korelasi yang konsisten antara peningkatan konsentrasi AU
dengan marker inflamasi disirkulasi. Observasi klinis dan laboratoris
memperlihatkan peningkatan konsentrasi AU dalam darah lebih dari 5,5 mg/dL,
dikaitkan dengan disfungsi endotel.15 Jadi walau mempunyai peranan sebagai
antioksidan yang signifikan, AU baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
menyebakan kerusakan vaskuler (Wisesa, 2009).
Asam
urat telah
dikenal sejak abad 5 SM dan dari waktu ke waktu jumlah
penderita asam urat cenderung meningkat.
Penelitian di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa penderita
penyakit asam urat menyerang
10% penduduk laki- laki
dan 4% penduduk perempuan. Prevalensi gout di Amerika
Serikat 10% terjadi pada hiperurisemia sekunder dan diperkirakan 15 dari setiap 100
pria Amerika Serikat beresiko
menderita gout. Adapun 90% pasien gout primer adalah laki-laki
berusia 30 tahun. Kadar asam urat
yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, batu ginjal, jantung koroner dan diabetes mellitus.
Sebuah penelitian yang dilakukan
para ahli di Amerika Serikat menyebutkan bahwa
tingginya kadar asam urat pada orang tua berhubungan dengan adanya gangguan pada fungsi kognitif (Fitria,
2008).
Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan
hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk nukleoprotein). Penyebab
radang sendi akibat peningkatan kadar asam urat darah
disebut gastritis
gout atau atritis
pirai. Gout adalah penyakit yang terjadi akibat penumpukan asam urat di dalam
tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui ginjal yang menurun, atau akibat
peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout terjadi
ketika cairan tubuh sangat jenuh akan asam urat karena kadarnya yang tinggi (hiperurisemia). Kondisi yang terkait dengan hiperurisemia
adalah diet kaya purin, obesitas, serta sering minum alkohol (Juandy, 2007). Allopurinol merupakan obat yang paling banyak digunakan untuk produksi asam
urat yang berlebih, pasien yang
tidak mempunyai respon terhadap obat urikosurik
dan pasien gout disertai batu ginjal (Fitria, 2008).
Pada penelitian Silaban (2005) menunjukkan
bahwa ekstrak etanol 95% daun dewa dengan metode soxhletasi
dapat menurunkan kadar asam
urat ayam jantan leghorn yang diinduksi jus hati. Penelitian ini menggunakan metode maserasi yang lebih sederhana, waktu yang singkat,
tanpa pemanasan, menggunakan hewan uji mencit yang
lebih mudah penanganannya, sert etanol 70% yang efektif menghasilkan jumlah bahan aktif yang
optimal (Fitria, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar